Membaca & Kalimat

BAB I
PENDAHULUAN

            Keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada beberapa faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, metode, teknik, pendekatan, dan bahan pengajaran.  Dari factor-faktor tersebut gurulah yang paling dominan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang bidang studi yang digelutinya. Guru diharapkan bukan saja sebagai penyampai pengetahuan, melainkan harus mampu memupuk sifat positif siswa terhadap bidang studi yang disampaikannya.

          Kedudukan guru dalam dunia pendidikan dan pengajaran merupakan kunci utama dan figur sentral. Kualitas guru yang rendah dapat berakibat buruk bagi siswa.  Dalam Proses Belajar Mengajar, guru berperan sebagai direktur belajar dan fasilitator belajar. Sebagai direktur belajar,  guru memiliki tugas dan kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sebagai fasilitator belajar, guru berkewajiban untuk memberikan berbagai kemudahan belajar kepada siswa.Guru harus mempunyai pengetahuan berbagai metode atau teknik mengajar baik yang bersifat tradisional maupun yang modern. Para ahli berpendapat bahwa setiap metode atau teknik mengajar itu baik. Metode atau teknik akan berhasil dengan baik apabila guru pandai menggunakannya. Teknik yang digunakan dalam pembelajaran Struktur Kalimat ini, yaitu teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi. Teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi dapat dipadukan dalam pembelajaran struktur kalimat karena teknik substitusi dapat mengisi fungsi-fungsi kalimat yang dikosongkan. Di samping itu, teknik Uji Rumpang merupakan metode penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa dengan jalan melesapkan bagian-bagiannyadan menyampaikan kepada si penerima (pembaca dan penyimak), sehingga mereka berupaya untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unut kerumpangan yang dapat dipertimbangkan (Harjasujana, 1997:140). Metode atau teknik ini jelas memiliki cara kerja yang bertumpu pada kegiatan siswa. Siswa dengan bimbingan guru diarahkan untuk dapat mengidentifikasikan masalah, kemudian mencari penyelesaiannya.Tulisan ini bertujuan menggambarkan pembelajaran Struktur Kalimat Bahasa Indonesia melalui Teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi. Ada dua hal yang dikaji dalam penelitian tersebut, yakni (1) bagaimana penerapan teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi dalam pembelajaran Struktur Kalimat dan (2) apakah teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi dapat mempermudah siswa dalam menganalisis struktur kalimat.

BAB II
MEMBACA

2.1       MEMBACA
            Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
2.2       MEMBACA SEKILAS
            Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
-          metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
-          Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.
-   Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.
Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca :
-          vokalisai atau berguman ketika membaca,
-          membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara,
-          kepala bergerak searah tulisan yang dibaca,
-          subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita,
-          jari tangan selalu menunjuk tulisan yang sedang kita baca,
-          gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.
-          
2.3       MEMBACA PEMAHAMAN
            Membaca pemahaman adalah suatu proses untuk mengenali atau mengidentifikasi teks, kemudian mengingat kembali isi teks. Membaca pemahaman juga dapat berarti sebagai suatu kegiatan membuat urutan tentang uraian/menggorganisasi isi teks, bisa mengevaluasi sekaligus dapat merespon apa yang tersurat atau tersirat dalam teks.
Pemahaman berhubungan laras dengan kecepatan. Pemahaman atau comprehension, adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman perlu:
-          Basic vocabulary
-          Akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, grammar).
-          Minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca,
-          Tujuan
-          Keluwesan mengatur kecepatan.
            Untuk peningkatan pemahaman dalam membaca apa saja, hendaklah kita menemukan ide pokok. Jangan membuang waktu untuk menekuni detail, dan Pre-read . Untuk non-fiksi, perhatikan:
-          abstrak, ringkasan
-           pertanyaan pada akhir bab
-           kesimpulan pada akhir bab
-          Konsentrasi pada informasi, bukan pada kecepatan
-           percaya diri bahwa Anda dapat memahami lebih dari biasanya.
            Memobilisasi pengetahuan dapat diartikan dengan menciptakan pemahaman pribadi atau sudut pandang. Dari perumpamaan susunan kalimat “Theopportunityisnowhere” saja bisa menghasilkan sekian model bacaan yang akan menjadi sekian sudut pandang dan sudah jelas akan menjadi bahan keputusan untuk bertindak. Dalam hal ini menciptakan pemahaman adalah bagaimana anda merefleksikan pengetahuan yang sifatnya ‘generally applicable’ di atas menjadi ‘specifically applicable’ dengan setting persoalan mikro: anda dengan wilayah operasi dan konsentrasi.
2.4       MEMBACA MEMINDAI
            Membaca memindai merupakan salah satu teknik membaca   yang langsung merujuk ke informasi yang kita inginkan.  Membaca memindai ini dapat kita temukan pada grafik,  tabel, diagram,indeks buku, dan lain sebagainya.  Dalam hal ini membaca memindai sangat memerlukan   kepekaan dan kecepatan membaca agar informasi yang   kita inginkan dapat kita temukan   dengan tidak   memerlukan waktu yang lama.
Cara kerja Baca Memindai
Anda harus tahu apa yang anda cari. Tetapkan dulu satu kata atau penggalan kata yang menjadi kata kunci.
Cari dihalaman mana anda dapat menemukan kata kunci tersebut, pergunakan indeks, yang ada dihalaman lampiran belakang buku.
Persempit wilayah pencarian jika tidak ada indeks, maupun ada indeks dibuku, dengan cara membaca didaftar isi. Jika anda menemukan nomor halaman di daftar indeks, periksa ulang nomor halaman tersebut di halaman daftar isi, ketahui pada Judul Bab dan Sub Judul apa nomor halaman itu berada. Perkirakan apakah sesuai kata kunci dan pemikiran yang kita cari dibawah Judul atau Sub Judul tersebut?
Baca Pindai halaman yang di temukan dan apabila ditemukan kata kunci yang dimaksud, baca satu kalimat tempat kata kunci tersebut berada.
Hal-Hal yang dapat  memperlambat dalam membaca memindai
-          Pandangan mata yang mesti mengikuti kata perkata, dari kiri kekanan.
-   Membaca dengan mengeluarkan suara. Membaca memindai tidak mengeluarkan suara, dalam membaca cukup mempergunakan pandangan per baris dan menggunakan pikiran atau otak untuk menangkap kata.
-    Membaca dengan menggunakan mulut yang komat-kamit. Walaupun tidak bersuara, mulut yang komat-kamit dapat mengganggu dan memperlambat bacaan memindai.
-      membaca dengan menggunakan penunjuk, baik jari telunjuk, maupun alat seperti pinsil dan sebagainya. Membaca memakai alat petunjuk ini sangat mengganggu dalam membaca cepat. Tidak boleh pakai petunjuk.
-      Tergoda membaca keseluruhan secara pelan. Walaupun maksud mencari dalam baca memindai orang sering tergoda untuk membaca secara normal kata-kata yang ada di buku, apalagi bahasannya cukup menarik. Kalau tergoda seperti ini jika sadar catat halaman yang menarik tersebut dan bahasan yang menariknya. Sehingga kemudian dilain waktu anda dapat membaca lebih mendalam bab yang membuat tertarik tersebut. Catat Judul buku, Halaman dan tentang bahasan yang menarik, dan baca dilain waktu. Dengan demikian anda tidak kehilanga waktu dengan dalam mencari kata kunci, dan andapun tidak kehilang informasi penting yang telah anda temukan dibuku, karena anda dapat mengulangnya dilain waktu.

BAB III
KALIMAT

3.1       PENGERTIAN KALIMAT DAN RUMPANG
            Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi atau pun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan.Tanda baca sepadan dengan jeda.
            Sedangkan rumpang adalah ketidak lengkapan atau tidak lengkap atau sempurna, jadi kalimat rumpang adalah kalimat yang belum sempurna atau lengkap dalam penjabaran nya dalam lisan maupun tulisan.
3.2       JABATAN KATA DALAM KALIMAT
            Jabatan dalam kalimat adalah fungsi-fungsi tertentu yang terdapat dalam suatu kalimat yang ditempati oleh kata atau frasa tertentu. Adapun fungsi-fungsi atau jabatan yang terdapat dalam kalimat, yakni subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

3.3       PEMBELAJARAN STRUKTUR KALIMAT
            Pembelajaran struktur adalah salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh penutur asing atau pemula. Materi pembelajaran struktur antara lain struktur kata, bentuk-bentuk kata, cara pembentukan kata, susunan kata dalam klausa dan kalimat. Dalam struktur terkandung makna atau aturan bahasa atau tata bahasa. Tujuan pembelajaran struktur adalah agar siswa (penutur asing) memahami struktur dasar bahasa serta dapat menerapkannya dalam kalimat baik secara lisan maupun tulisan.Dalam pembelajaran struktur kalimat, siswa (penutur asing) harus diberi kesempatan luas untuk berlatih menggunakan struktur itu. Mereka harus diberi kesempatan luas bagaimana menggunakan bahasa. Pemahaman struktur dasar bahasa Indonesia sangat penting. Pemahaman ini sangat membantu siswa (penutur asing) dalam menyusun dan memahami kata, frasa, dan kalimat. Melalui pembelajaran struktur kalimat, guru mengarahkan siswanya agar dapat menerapkan struktur bahasa tersebut dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Hal tersebut akan tercapai apabila pembelajaran struktur kalimat menarik dan diminati.
3.4       TEKNIK UJI RUMPANG DAN TEKNIK SUBSTITUSI
3.4.1    Pengertian
            Teknik Uji Rumpang mula-mula diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) dengan nama  cloze procedure. Teknik ini diilhami oleh suatu konsep ilmu jiwa Gestal yang dikenal dengan istilah  closure. Konsep ini menjelaskan tentang kecenderungan manusia untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap secara mental menjadi suatu kesatuan yang utuh; kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi suatu yang sesungguhnya ada namun tampak dalam keadaan yang tidak utuh; melihat bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan. Melalui prosedur isi rumpang, pembaca diminta untuk dapat memahami wacana yang tidak lengkap (karena bagian-bagian tertentu dari wacana telah dengan sengaja dilesapkan) dengan pemahaman yang sempurna (Hajasujana, 1997:139-140).Substitusi atau penggantian salah satu bagian fungsi kalimat adalah salah satu cara membentuk kalimat. Walaupun kalimatnya baru, polanya tetap sama dengan kalimat yang pertama. Penggantian itu dapat dilakukan pada fungsi subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (KET) bahkan pada berbagai fungsi kalimat pada sebuah wacana dengan cara merumpangkannya.
3.4.2    Keunggulan dan Kelemahan Teknik Uji Rumpang
            Harjasujana (1997:151) menjelaskan beberapa hal yang dapat dipandang sebagai keunggulan teknik Uji Rumpang adalah sebagai berikut.
-          Dalam menentukan keterbacaan suatu teks, prosedur ini mencerminkan pola interaksi antara pembaca dengan penulis.
-          Pengukuran keterbacaan dengan teknik ini tidak dilakukan secara terpisah antara teks dengan pembacanya. Dengan demikian, prosedur ini bukan saja digunakan untuk menilai keterbacaan, melainkan juga untuk menilai pemahaman pembacanya.
-          Prosedur uji Rumpang bersifat fleksibel. Dalam waktu relative singkat, guru akan segera mendapat informasi mengenai latar belakang kemampuan dan kebutuhan siswanya.
-          Dapat menjangkau sejumlah besar individu pada saat yang sama.
-          Sebagai teknik pengajaran, teknik ini merupakan alat yang ideal untuk mendorong siswa terhadap bahan bacaan.
-          Dapat digunakan sebagai bahan latihan dan ukuran praktis akan pengetahuan dan pemahaman tata bahasa siswa.
-          Dapat melatih kesiapan dan ketanggapan dalam upaya memikirkan dan memahami maksud dan tujuan penulis atau penulisan wacana tersebut.
            Di samping memiliki beberapa keunggulan, prosedur ini juga mempunyai kelemahan. Harjasujana, 1997:152 meragukan kevalidatasan penggunaannya. Ketepatan pengisian bagian-bagian yang dihilangkan oleh seseorang belum tentu berdasarkan atas pemahamannya terhadap wacana tersebut, melainkan didasarkan atas pola-pola ungkapan yang telah dikenalnya.
3.4.3        Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis Persiapan
            Sebelum mengadakan uji coba, peneliti membuat beberapa persiapan sebagai berikut.
Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
Tujuan: Siswa (mahasiswa) diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang struktur kalaimat bahasa Indonesia supayamampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Materi:
1)      Kalimat Bahasa Indonesia (pengertian dan jabatan kata dalam kalimat)
2)      Kalimat dan wacana yang tidak dirumpangkan dan yang dirumpangkan. Pada wacana yang tidak dirumpangkan kata atau frasa yang menduduki fungsi tertentu diberi tanda. Pada wacana yang dirumpangkan siswa disuruh mengisifungsi-fungsi tertentu dengan kata-kata yang tepat.
3)      Contoh Kalimat dan WacanaKalimat 1 (kalimat yang tidak dirumpangkan)Saya menulis surat. (Subjek)Adik menulis surat. (Subjek)Lina menulis surat. (Subjek)Kalimat 2 (kalimat yang tidak dirumpangkan)
            Saya membeli buku. (Predikat)
            Lina membaca buku. (Predikat)
            Adik meminjam buku. (Predikat)
Kalimat 3 (kalimat yang tidak dirumpangkan)
Ibu memasak nasi. (Objek)
Ayah membeli koran. (Objek)
Ayah membeli sepeda. (Objek)
Ayah membeli komputer. (Objek)
Kalimat  4 (kalimat yang tidak dirumpangkan)
Ayah membaca koran kemarin. (Keterangan)
Ayah membaca koran di ruang tengah (Keterangan)
Ayah membaca koran di ruang perpustakaan (Keterangan)
Kalimat 5 (kalimat yang dirumpangkan Subjek)
Lina memasak nasi.
…        memasak nasi.
…        memasak nasi.
…        memasak nasi.
Kalimat 6 (kalimat yang dirumpangkan Predikat)
Ibu menjahit baju. (Predikat)
Ibu ….  baju.
Ibu ….  baju
Ibu ….  baju
Kalimat 7 (kalimat yang dirumpangkan Objek)
Adik membeli sepatu. (Objek)
Adik membeli ….
Adik membeli ….
Adik membeli ….
Kalimat 7 (kalimat yang dirumpangkan keterangan)
Ayah duduk di ruang keluarga. (Keterangan)
Ayah duduk …..
Ayah duduk ….Ayah duduk ….
Contoh Wacana
Wacana 1 (wacana yang tidak dirumpangkan)
Ibu sedang sakit. (Subjek)
Seharian ibu hanya berbaring. (Predikat)
Ibu tidak bisa merapikan rumah. (Objek)
Di dapur piring kotor bertumpuk. (Keterangan)
Doni membantu ibu. (Predikat)
Doni mencuci piring. (Objek)
Piring itu menjadi bersih. (Subjek)
Ibu senang sekali. (Predikat)
Ibu semakin saying kepada Doni. (Keterangan)
Wacana 2 (wacana yang tidak dirumpangkan)
Bibi sedang menyetrika. (Predikat)
Kring! Tiba-tiba telepon berdering. (Subjek)
Bibi segera pergi ke ruang tengah. (Keterangan)
Oh, rupanya ibu menelepon. (Predikat)
Tidak berapa lama bibi kembali. (Subjek)
Tolong! Bibi berteriak. (Predikat)
Apa yang terjadi?
Aduh! Pakaian bibi hangus. (Subjek)
Setrikanya lupa diangkat. (Predikat)
Pakaian kesayangan bibi rusak. (Predikat)
Pakaian itu kini tidak bisa digunakan. (Subjek)Wacana 3 (Wacana yang dirumpangkan)
Hari itu hari minggu.
Keluarga Mala sibuk sekali.
…  sedang membersihkan rumah.
Semuanya … dengan semangat.
Mala menyapu ….
Bani … rumput.
… membersihkan sepeda.
Ibu … piring.
Ayah membersihkan ….
… memang rajin.
Bekerja membuat mereka sehat.
Kata yang harus diisikan:
keluarga mala, bekerja, lantai, memotong, Doni, mencuci, jendela
Wacana 4 (wacana yang dirumpangkan)
Kakek sedang membuat pagar bambu.
… bekerja seorang diri.
Aku … kasihan.
Aku membantunya.
… ikut memaku ….
Senang sekali … melakukannya.
Aduh, aku terpukul ….
Palu itu kena jari tanganku.
… mendekatiku.
Ia … tanganku.
Kata yang harus diisikan:
Ia, merasa, aku, pagar bambu, palu, mengusap
Kegiatan Pembelajaran:Guru (Dosen):
1)      menyediakan wacana yang dirumpangkan dan tidak dirumpangkan;
2)      menjelaskan pengertian kalimat, jabatan kata atau frasa dalam kalimat, serta pemakaiannya dalam wacana;
3)      menjelaskan cara mengisi wacana yang dirumpangkan yang harus diisi oleh kata atau frasa pada fungsi-fungsi tertentu;
4)      menyediakan wacana lain dengan melepaskan bagian-bagian tertentu tempat kata atau frasa yang harus diisi oleh siswa (mahasiswa).
Siswa (Mahasiswa):
1)      memperhatikan penjelasan guru (dosen) tentang kalimat bahasa Indonesia;
2)      menyebutkan pengertian kalimat, jabatan kata atau frasa dalam kalimat bahasaIndonesia;
3)      mengisi (menjawab) soal wacana yang dirumpangkan;
4)      mendengarkan (menyimak) penjelasan guru (dosen) cara mengisi wacana yang dirumpangkan;
5)      mengisi (menjawab) kembali soal wacana yang dirumpangkan. Metode:latihan dan tanya jawab


3.5       TES AWAL
            Petunjuk: Isilah titik pada wacana di bawah ini dengan kata yang tepat sesuai dengan jabatan kata (fungsi) dalam kalimat!Wacana
Pulpen Macet
Teman sebangku bernama ….(1). Suatu hari, … (2) sedang mencatat pelajaran. Tiba-tiba pulpennya macet. … (3) memperbaiki pulpennya. Ia … (4)tintanya. Akibatnya, mulut budi terkena … (5). Pak guru terkejut melihatnya.Ia menyuruh … (6) ke kamar mandi. Budi membersihkan …. (7).
Kata yang harus diisikan:
Budi, Ia, menyedot, tinta, mulutnya
3.6       TES AKHIR
wacana
Pesulap Pemula
… (1) mempunyai paman yang baik hati. Ia juga sangat lucu. Paman … (2) sulap. Ia akan pentas … (3). Ini merupakan … (4).… (5) belum mahir sulap. Terjadi kesalahan waktu pertunjukkan topi. Tikus kecil … (6) keluar sendiri. Kelinci … (7) tikus keluar. … (8) ikut keluar.Paman … (9) gugup. … (10) tertawa melihatnya. Aku merasa … (11). Hal itu membuat pesta lebih meriah.
Kata yang harus diisikan:
Baru belajar, aku, pentas pertamanya, paman, di dalam topi, menyusul, burung
kecil, tertawa, menjadi, senang

BAB IV
PENUTUP

4.1       KESIMPULAN
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik membaca yang benar dan teknik pemahaman kalimat berdampak positif terhadap kemampuan pembelajar dalam pemahaman struktur kalimat. Selain itu, pembelajar langsung dibimbing pada cara membaca yang benar penggunaan struktur (fungsi-fungsi) kalimat dalam wacana. Hal ini dapat mengatasi kejenuhan pembelajar jika dibandingkan dengan ceramah.
            Penggunaan teknik membaca yang benar, dan pemahaman kalimat peserta Uji Rumpang dan Substitusi dalam pembelajaran sturktur bahasa Indonesia bagi penutur pemula dan asing  dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa setelah Proses Belajar Mengajar berlangsung. Pembelajaran struktur kalimat dengan menggunakan teknik ini juga sangat efektif dan dapat mengurangi kejenuhan mahasiswa. Mereka dirangsang untuk dapat menentukan kata atau frasa yang tepat dalam mengisi fungsi-fungsi kalimat yang dilesapkan. Dengan demikian, mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis dan sistematis.
4.2       SARAN
            Dengan mempelajari ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam membaca dan penggunaan kalimat dan pemahaman dalam konteks uji rumpang dan pemahaman dalam penulisan daftar isi memudahkan penulis dan pembaca dalam memahami isi teks yang di baca nya.
          

 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1995). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, E.K. dan J. Miller. (1981). Syntax: a Linguistic Introduction to Sentences Structure. London:   Hutchionson.
Depdikbud. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Forrester, M.A. (1996). Psychology of Language. London: EC2A 4PU.
Harjasujana, A.S. (1996). Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.
Kaswanti, P.B.  (1992).  Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sitaresmi, N. (2000).  Pembelajaran Sintaksis Bahasa Indonesia melalui Teknik Uji Rumpang. Bandung: UPI.
Sugono, D. (1997). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Tarigan, Dj. (1995). Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung:Theme 76.

Membaca & Kalimat

BAB I
PENDAHULUAN

            Keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada beberapa faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum, metode, teknik, pendekatan, dan bahan pengajaran.  Dari factor-faktor tersebut gurulah yang paling dominan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang bidang studi yang digelutinya. Guru diharapkan bukan saja sebagai penyampai pengetahuan, melainkan harus mampu memupuk sifat positif siswa terhadap bidang studi yang disampaikannya.

          Kedudukan guru dalam dunia pendidikan dan pengajaran merupakan kunci utama dan figur sentral. Kualitas guru yang rendah dapat berakibat buruk bagi siswa.  Dalam Proses Belajar Mengajar, guru berperan sebagai direktur belajar dan fasilitator belajar. Sebagai direktur belajar,  guru memiliki tugas dan kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan siswa, sehingga mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sebagai fasilitator belajar, guru berkewajiban untuk memberikan berbagai kemudahan belajar kepada siswa.Guru harus mempunyai pengetahuan berbagai metode atau teknik mengajar baik yang bersifat tradisional maupun yang modern. Para ahli berpendapat bahwa setiap metode atau teknik mengajar itu baik. Metode atau teknik akan berhasil dengan baik apabila guru pandai menggunakannya. Teknik yang digunakan dalam pembelajaran Struktur Kalimat ini, yaitu teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi. Teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi dapat dipadukan dalam pembelajaran struktur kalimat karena teknik substitusi dapat mengisi fungsi-fungsi kalimat yang dikosongkan. Di samping itu, teknik Uji Rumpang merupakan metode penangkapan pesan dari sumbernya (penulis atau pembicara), mengubah pola bahasa dengan jalan melesapkan bagian-bagiannyadan menyampaikan kepada si penerima (pembaca dan penyimak), sehingga mereka berupaya untuk menyempurnakan kembali pola-pola keseluruhan yang menghasilkan sejumlah unit-unut kerumpangan yang dapat dipertimbangkan (Harjasujana, 1997:140). Metode atau teknik ini jelas memiliki cara kerja yang bertumpu pada kegiatan siswa. Siswa dengan bimbingan guru diarahkan untuk dapat mengidentifikasikan masalah, kemudian mencari penyelesaiannya.Tulisan ini bertujuan menggambarkan pembelajaran Struktur Kalimat Bahasa Indonesia melalui Teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi. Ada dua hal yang dikaji dalam penelitian tersebut, yakni (1) bagaimana penerapan teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi dalam pembelajaran Struktur Kalimat dan (2) apakah teknik Uji Rumpang dan Teknik Substitusi dapat mempermudah siswa dalam menganalisis struktur kalimat.

BAB II
MEMBACA

2.1       MEMBACA
            Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
2.2       MEMBACA SEKILAS
            Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
Metode yang digunakan dalam melatihkan membaca cepat adalah :
-          metode kosakata; metode yang berusaha untuk menambah kosakata.
-          Metode motivasi; metode yang berusaha memotivasi pembaca(pemula) yang mengalami hambatan.
-   Metode gerak mata; metode yang mengembangkan kecepatan membaca dengan menigkatkan kecepatan gerak mata.
Hambatan-hambatan yang dapat mengurangi kecepatan mambaca :
-          vokalisai atau berguman ketika membaca,
-          membaca dengan menggerakan bibir tetapi tidak bersuara,
-          kepala bergerak searah tulisan yang dibaca,
-          subvokalisasi; suara yang biasa ikut membaca di dalam pikiran kita,
-          jari tangan selalu menunjuk tulisan yang sedang kita baca,
-          gerakan mata kembali pada kata-kata sebelumnya.
-          
2.3       MEMBACA PEMAHAMAN
            Membaca pemahaman adalah suatu proses untuk mengenali atau mengidentifikasi teks, kemudian mengingat kembali isi teks. Membaca pemahaman juga dapat berarti sebagai suatu kegiatan membuat urutan tentang uraian/menggorganisasi isi teks, bisa mengevaluasi sekaligus dapat merespon apa yang tersurat atau tersirat dalam teks.
Pemahaman berhubungan laras dengan kecepatan. Pemahaman atau comprehension, adalah kemampuan membaca untuk mengerti: ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Untuk pemahaman perlu:
-          Basic vocabulary
-          Akrab dengan struktur dasar dalam penulisan (kalimat, paragraf, grammar).
-          Minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, keakraban dengan ide yang dibaca,
-          Tujuan
-          Keluwesan mengatur kecepatan.
            Untuk peningkatan pemahaman dalam membaca apa saja, hendaklah kita menemukan ide pokok. Jangan membuang waktu untuk menekuni detail, dan Pre-read . Untuk non-fiksi, perhatikan:
-          abstrak, ringkasan
-           pertanyaan pada akhir bab
-           kesimpulan pada akhir bab
-          Konsentrasi pada informasi, bukan pada kecepatan
-           percaya diri bahwa Anda dapat memahami lebih dari biasanya.
            Memobilisasi pengetahuan dapat diartikan dengan menciptakan pemahaman pribadi atau sudut pandang. Dari perumpamaan susunan kalimat “Theopportunityisnowhere” saja bisa menghasilkan sekian model bacaan yang akan menjadi sekian sudut pandang dan sudah jelas akan menjadi bahan keputusan untuk bertindak. Dalam hal ini menciptakan pemahaman adalah bagaimana anda merefleksikan pengetahuan yang sifatnya ‘generally applicable’ di atas menjadi ‘specifically applicable’ dengan setting persoalan mikro: anda dengan wilayah operasi dan konsentrasi.
2.4       MEMBACA MEMINDAI
            Membaca memindai merupakan salah satu teknik membaca   yang langsung merujuk ke informasi yang kita inginkan.  Membaca memindai ini dapat kita temukan pada grafik,  tabel, diagram,indeks buku, dan lain sebagainya.  Dalam hal ini membaca memindai sangat memerlukan   kepekaan dan kecepatan membaca agar informasi yang   kita inginkan dapat kita temukan   dengan tidak   memerlukan waktu yang lama.
Cara kerja Baca Memindai
Anda harus tahu apa yang anda cari. Tetapkan dulu satu kata atau penggalan kata yang menjadi kata kunci.
Cari dihalaman mana anda dapat menemukan kata kunci tersebut, pergunakan indeks, yang ada dihalaman lampiran belakang buku.
Persempit wilayah pencarian jika tidak ada indeks, maupun ada indeks dibuku, dengan cara membaca didaftar isi. Jika anda menemukan nomor halaman di daftar indeks, periksa ulang nomor halaman tersebut di halaman daftar isi, ketahui pada Judul Bab dan Sub Judul apa nomor halaman itu berada. Perkirakan apakah sesuai kata kunci dan pemikiran yang kita cari dibawah Judul atau Sub Judul tersebut?
Baca Pindai halaman yang di temukan dan apabila ditemukan kata kunci yang dimaksud, baca satu kalimat tempat kata kunci tersebut berada.
Hal-Hal yang dapat  memperlambat dalam membaca memindai
-          Pandangan mata yang mesti mengikuti kata perkata, dari kiri kekanan.
-   Membaca dengan mengeluarkan suara. Membaca memindai tidak mengeluarkan suara, dalam membaca cukup mempergunakan pandangan per baris dan menggunakan pikiran atau otak untuk menangkap kata.
-    Membaca dengan menggunakan mulut yang komat-kamit. Walaupun tidak bersuara, mulut yang komat-kamit dapat mengganggu dan memperlambat bacaan memindai.
-      membaca dengan menggunakan penunjuk, baik jari telunjuk, maupun alat seperti pinsil dan sebagainya. Membaca memakai alat petunjuk ini sangat mengganggu dalam membaca cepat. Tidak boleh pakai petunjuk.
-      Tergoda membaca keseluruhan secara pelan. Walaupun maksud mencari dalam baca memindai orang sering tergoda untuk membaca secara normal kata-kata yang ada di buku, apalagi bahasannya cukup menarik. Kalau tergoda seperti ini jika sadar catat halaman yang menarik tersebut dan bahasan yang menariknya. Sehingga kemudian dilain waktu anda dapat membaca lebih mendalam bab yang membuat tertarik tersebut. Catat Judul buku, Halaman dan tentang bahasan yang menarik, dan baca dilain waktu. Dengan demikian anda tidak kehilanga waktu dengan dalam mencari kata kunci, dan andapun tidak kehilang informasi penting yang telah anda temukan dibuku, karena anda dapat mengulangnya dilain waktu.

BAB III
KALIMAT

3.1       PENGERTIAN KALIMAT DAN RUMPANG
            Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi atau pun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan.Tanda baca sepadan dengan jeda.
            Sedangkan rumpang adalah ketidak lengkapan atau tidak lengkap atau sempurna, jadi kalimat rumpang adalah kalimat yang belum sempurna atau lengkap dalam penjabaran nya dalam lisan maupun tulisan.
3.2       JABATAN KATA DALAM KALIMAT
            Jabatan dalam kalimat adalah fungsi-fungsi tertentu yang terdapat dalam suatu kalimat yang ditempati oleh kata atau frasa tertentu. Adapun fungsi-fungsi atau jabatan yang terdapat dalam kalimat, yakni subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.

3.3       PEMBELAJARAN STRUKTUR KALIMAT
            Pembelajaran struktur adalah salah satu aspek pembelajaran yang harus dikuasai oleh penutur asing atau pemula. Materi pembelajaran struktur antara lain struktur kata, bentuk-bentuk kata, cara pembentukan kata, susunan kata dalam klausa dan kalimat. Dalam struktur terkandung makna atau aturan bahasa atau tata bahasa. Tujuan pembelajaran struktur adalah agar siswa (penutur asing) memahami struktur dasar bahasa serta dapat menerapkannya dalam kalimat baik secara lisan maupun tulisan.Dalam pembelajaran struktur kalimat, siswa (penutur asing) harus diberi kesempatan luas untuk berlatih menggunakan struktur itu. Mereka harus diberi kesempatan luas bagaimana menggunakan bahasa. Pemahaman struktur dasar bahasa Indonesia sangat penting. Pemahaman ini sangat membantu siswa (penutur asing) dalam menyusun dan memahami kata, frasa, dan kalimat. Melalui pembelajaran struktur kalimat, guru mengarahkan siswanya agar dapat menerapkan struktur bahasa tersebut dalam penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Hal tersebut akan tercapai apabila pembelajaran struktur kalimat menarik dan diminati.
3.4       TEKNIK UJI RUMPANG DAN TEKNIK SUBSTITUSI
3.4.1    Pengertian
            Teknik Uji Rumpang mula-mula diperkenalkan oleh Wilson Taylor (1953) dengan nama  cloze procedure. Teknik ini diilhami oleh suatu konsep ilmu jiwa Gestal yang dikenal dengan istilah  closure. Konsep ini menjelaskan tentang kecenderungan manusia untuk menyempurnakan suatu pola yang tidak lengkap secara mental menjadi suatu kesatuan yang utuh; kecenderungan untuk mengisi atau melengkapi suatu yang sesungguhnya ada namun tampak dalam keadaan yang tidak utuh; melihat bagian-bagian sebagai suatu keseluruhan. Melalui prosedur isi rumpang, pembaca diminta untuk dapat memahami wacana yang tidak lengkap (karena bagian-bagian tertentu dari wacana telah dengan sengaja dilesapkan) dengan pemahaman yang sempurna (Hajasujana, 1997:139-140).Substitusi atau penggantian salah satu bagian fungsi kalimat adalah salah satu cara membentuk kalimat. Walaupun kalimatnya baru, polanya tetap sama dengan kalimat yang pertama. Penggantian itu dapat dilakukan pada fungsi subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (KET) bahkan pada berbagai fungsi kalimat pada sebuah wacana dengan cara merumpangkannya.
3.4.2    Keunggulan dan Kelemahan Teknik Uji Rumpang
            Harjasujana (1997:151) menjelaskan beberapa hal yang dapat dipandang sebagai keunggulan teknik Uji Rumpang adalah sebagai berikut.
-          Dalam menentukan keterbacaan suatu teks, prosedur ini mencerminkan pola interaksi antara pembaca dengan penulis.
-          Pengukuran keterbacaan dengan teknik ini tidak dilakukan secara terpisah antara teks dengan pembacanya. Dengan demikian, prosedur ini bukan saja digunakan untuk menilai keterbacaan, melainkan juga untuk menilai pemahaman pembacanya.
-          Prosedur uji Rumpang bersifat fleksibel. Dalam waktu relative singkat, guru akan segera mendapat informasi mengenai latar belakang kemampuan dan kebutuhan siswanya.
-          Dapat menjangkau sejumlah besar individu pada saat yang sama.
-          Sebagai teknik pengajaran, teknik ini merupakan alat yang ideal untuk mendorong siswa terhadap bahan bacaan.
-          Dapat digunakan sebagai bahan latihan dan ukuran praktis akan pengetahuan dan pemahaman tata bahasa siswa.
-          Dapat melatih kesiapan dan ketanggapan dalam upaya memikirkan dan memahami maksud dan tujuan penulis atau penulisan wacana tersebut.
            Di samping memiliki beberapa keunggulan, prosedur ini juga mempunyai kelemahan. Harjasujana, 1997:152 meragukan kevalidatasan penggunaannya. Ketepatan pengisian bagian-bagian yang dihilangkan oleh seseorang belum tentu berdasarkan atas pemahamannya terhadap wacana tersebut, melainkan didasarkan atas pola-pola ungkapan yang telah dikenalnya.
3.4.3        Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis Persiapan
            Sebelum mengadakan uji coba, peneliti membuat beberapa persiapan sebagai berikut.
Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
Tujuan: Siswa (mahasiswa) diharapkan mempunyai pengetahuan yang memadai tentang struktur kalaimat bahasa Indonesia supayamampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Materi:
1)      Kalimat Bahasa Indonesia (pengertian dan jabatan kata dalam kalimat)
2)      Kalimat dan wacana yang tidak dirumpangkan dan yang dirumpangkan. Pada wacana yang tidak dirumpangkan kata atau frasa yang menduduki fungsi tertentu diberi tanda. Pada wacana yang dirumpangkan siswa disuruh mengisifungsi-fungsi tertentu dengan kata-kata yang tepat.
3)      Contoh Kalimat dan WacanaKalimat 1 (kalimat yang tidak dirumpangkan)Saya menulis surat. (Subjek)Adik menulis surat. (Subjek)Lina menulis surat. (Subjek)Kalimat 2 (kalimat yang tidak dirumpangkan)
            Saya membeli buku. (Predikat)
            Lina membaca buku. (Predikat)
            Adik meminjam buku. (Predikat)
Kalimat 3 (kalimat yang tidak dirumpangkan)
Ibu memasak nasi. (Objek)
Ayah membeli koran. (Objek)
Ayah membeli sepeda. (Objek)
Ayah membeli komputer. (Objek)
Kalimat  4 (kalimat yang tidak dirumpangkan)
Ayah membaca koran kemarin. (Keterangan)
Ayah membaca koran di ruang tengah (Keterangan)
Ayah membaca koran di ruang perpustakaan (Keterangan)
Kalimat 5 (kalimat yang dirumpangkan Subjek)
Lina memasak nasi.
…        memasak nasi.
…        memasak nasi.
…        memasak nasi.
Kalimat 6 (kalimat yang dirumpangkan Predikat)
Ibu menjahit baju. (Predikat)
Ibu ….  baju.
Ibu ….  baju
Ibu ….  baju
Kalimat 7 (kalimat yang dirumpangkan Objek)
Adik membeli sepatu. (Objek)
Adik membeli ….
Adik membeli ….
Adik membeli ….
Kalimat 7 (kalimat yang dirumpangkan keterangan)
Ayah duduk di ruang keluarga. (Keterangan)
Ayah duduk …..
Ayah duduk ….Ayah duduk ….
Contoh Wacana
Wacana 1 (wacana yang tidak dirumpangkan)
Ibu sedang sakit. (Subjek)
Seharian ibu hanya berbaring. (Predikat)
Ibu tidak bisa merapikan rumah. (Objek)
Di dapur piring kotor bertumpuk. (Keterangan)
Doni membantu ibu. (Predikat)
Doni mencuci piring. (Objek)
Piring itu menjadi bersih. (Subjek)
Ibu senang sekali. (Predikat)
Ibu semakin saying kepada Doni. (Keterangan)
Wacana 2 (wacana yang tidak dirumpangkan)
Bibi sedang menyetrika. (Predikat)
Kring! Tiba-tiba telepon berdering. (Subjek)
Bibi segera pergi ke ruang tengah. (Keterangan)
Oh, rupanya ibu menelepon. (Predikat)
Tidak berapa lama bibi kembali. (Subjek)
Tolong! Bibi berteriak. (Predikat)
Apa yang terjadi?
Aduh! Pakaian bibi hangus. (Subjek)
Setrikanya lupa diangkat. (Predikat)
Pakaian kesayangan bibi rusak. (Predikat)
Pakaian itu kini tidak bisa digunakan. (Subjek)Wacana 3 (Wacana yang dirumpangkan)
Hari itu hari minggu.
Keluarga Mala sibuk sekali.
…  sedang membersihkan rumah.
Semuanya … dengan semangat.
Mala menyapu ….
Bani … rumput.
… membersihkan sepeda.
Ibu … piring.
Ayah membersihkan ….
… memang rajin.
Bekerja membuat mereka sehat.
Kata yang harus diisikan:
keluarga mala, bekerja, lantai, memotong, Doni, mencuci, jendela
Wacana 4 (wacana yang dirumpangkan)
Kakek sedang membuat pagar bambu.
… bekerja seorang diri.
Aku … kasihan.
Aku membantunya.
… ikut memaku ….
Senang sekali … melakukannya.
Aduh, aku terpukul ….
Palu itu kena jari tanganku.
… mendekatiku.
Ia … tanganku.
Kata yang harus diisikan:
Ia, merasa, aku, pagar bambu, palu, mengusap
Kegiatan Pembelajaran:Guru (Dosen):
1)      menyediakan wacana yang dirumpangkan dan tidak dirumpangkan;
2)      menjelaskan pengertian kalimat, jabatan kata atau frasa dalam kalimat, serta pemakaiannya dalam wacana;
3)      menjelaskan cara mengisi wacana yang dirumpangkan yang harus diisi oleh kata atau frasa pada fungsi-fungsi tertentu;
4)      menyediakan wacana lain dengan melepaskan bagian-bagian tertentu tempat kata atau frasa yang harus diisi oleh siswa (mahasiswa).
Siswa (Mahasiswa):
1)      memperhatikan penjelasan guru (dosen) tentang kalimat bahasa Indonesia;
2)      menyebutkan pengertian kalimat, jabatan kata atau frasa dalam kalimat bahasaIndonesia;
3)      mengisi (menjawab) soal wacana yang dirumpangkan;
4)      mendengarkan (menyimak) penjelasan guru (dosen) cara mengisi wacana yang dirumpangkan;
5)      mengisi (menjawab) kembali soal wacana yang dirumpangkan. Metode:latihan dan tanya jawab


3.5       TES AWAL
            Petunjuk: Isilah titik pada wacana di bawah ini dengan kata yang tepat sesuai dengan jabatan kata (fungsi) dalam kalimat!Wacana
Pulpen Macet
Teman sebangku bernama ….(1). Suatu hari, … (2) sedang mencatat pelajaran. Tiba-tiba pulpennya macet. … (3) memperbaiki pulpennya. Ia … (4)tintanya. Akibatnya, mulut budi terkena … (5). Pak guru terkejut melihatnya.Ia menyuruh … (6) ke kamar mandi. Budi membersihkan …. (7).
Kata yang harus diisikan:
Budi, Ia, menyedot, tinta, mulutnya
3.6       TES AKHIR
wacana
Pesulap Pemula
… (1) mempunyai paman yang baik hati. Ia juga sangat lucu. Paman … (2) sulap. Ia akan pentas … (3). Ini merupakan … (4).… (5) belum mahir sulap. Terjadi kesalahan waktu pertunjukkan topi. Tikus kecil … (6) keluar sendiri. Kelinci … (7) tikus keluar. … (8) ikut keluar.Paman … (9) gugup. … (10) tertawa melihatnya. Aku merasa … (11). Hal itu membuat pesta lebih meriah.
Kata yang harus diisikan:
Baru belajar, aku, pentas pertamanya, paman, di dalam topi, menyusul, burung
kecil, tertawa, menjadi, senang

BAB IV
PENUTUP

4.1       KESIMPULAN
            Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik membaca yang benar dan teknik pemahaman kalimat berdampak positif terhadap kemampuan pembelajar dalam pemahaman struktur kalimat. Selain itu, pembelajar langsung dibimbing pada cara membaca yang benar penggunaan struktur (fungsi-fungsi) kalimat dalam wacana. Hal ini dapat mengatasi kejenuhan pembelajar jika dibandingkan dengan ceramah.
            Penggunaan teknik membaca yang benar, dan pemahaman kalimat peserta Uji Rumpang dan Substitusi dalam pembelajaran sturktur bahasa Indonesia bagi penutur pemula dan asing  dapat meningkatkan pengetahuan mereka. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa setelah Proses Belajar Mengajar berlangsung. Pembelajaran struktur kalimat dengan menggunakan teknik ini juga sangat efektif dan dapat mengurangi kejenuhan mahasiswa. Mereka dirangsang untuk dapat menentukan kata atau frasa yang tepat dalam mengisi fungsi-fungsi kalimat yang dilesapkan. Dengan demikian, mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis dan sistematis.
4.2       SARAN
            Dengan mempelajari ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam membaca dan penggunaan kalimat dan pemahaman dalam konteks uji rumpang dan pemahaman dalam penulisan daftar isi memudahkan penulis dan pembaca dalam memahami isi teks yang di baca nya.
          

 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1995). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Brown, E.K. dan J. Miller. (1981). Syntax: a Linguistic Introduction to Sentences Structure. London:   Hutchionson.
Depdikbud. (1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Forrester, M.A. (1996). Psychology of Language. London: EC2A 4PU.
Harjasujana, A.S. (1996). Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.
Kaswanti, P.B.  (1992).  Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sitaresmi, N. (2000).  Pembelajaran Sintaksis Bahasa Indonesia melalui Teknik Uji Rumpang. Bandung: UPI.
Sugono, D. (1997). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Tarigan, Dj. (1995). Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung:Theme 76.